Minum Kopi Sebagai Gaya Hidup


Yuk ngupi-ngupi dulu Sis..Bro..
Ajakan minum kopi di sebuah kafe saat ini seolah sudah menjadi bagian sehari-hari. Minum kopi sudah menjadi gaya hidup baru, bukan hanya bagi pria namun juga bagi para kaum hawa, apalagi sosialita.

Saya ingat waktu masih mahasiswa dan makan di sebuah warung, pandangan tertuju ke saya yang memesan kopi hitam. Busyet cewek minumnya kopi, apalagi kopi hitam, demikian pikir mahasiswa pria. Kopi memang minuman favorit saya, apalagi kopi hitam. Rasanya pusing-pusing bisa jadi hilang setelah menyesap kopi hitam panas-panas.

Pengalaman minum kopi di sebuah kedai kopi beken saya alami waktu masih duduk di bangku SMP. Wah rasanya dulu asyik banget minum es kopi yang disajikan cantik di gelas tinggi. Tante dulu menraktir para keponakannya di sebuah kedai kopi yang menjual aneka minuman kopi dan es krim. Saya ingat saya belum mengaduk kopi tersebut sehingga pahit alang kepalang. Kakak mengejek ketidaktahuan saya dan setelah diaduk saya baru merasakan kopi dengan rasa karamel yang lembut. Enak...Eh waktu SMA setelah mengikuti sebuah lomba, guru SMA menraktir kami es krim kopi di kedai yang sama di Plaza Tunjungan. Senangnya.

Setelah bekerja, saya semakin banyak icip-icip kopi. Hampir di setiap acara saya meminta kopi. Biasanya sih cappucino, macchiato atau latte yang creamy dan enak disesap perlahan-lahan saat masih panas.

Waktu itu saya sempat diajak mengarungi berbagai jenis kopi dari kopi arabica, robusta, dan liberica lokal seperti kopi Toraja yang agak masam, kopi Lampung yang beken, dan kopi beraroma buah-buahan yang segar. Saya juga mengenal kopi Irish yang kuat dan kopi Vietnam yang pekat dan pahit sebelum diberi susu kental manis banyak-banyak. Eh ada juga yang pesan kopi brandy. Saya icip sedikit di ujung lidah, astaga rasanya pedas aneh tapi teman saya malah asyik sekali menengaknya.

Sejak semakin banyaknya kedai kopi selain Starbucks dan Excelco,  Anomali Coffee, Kopi Tiam Oei, Bengawan Solo Coffee, Bakoel Koffie dan sebagainya, kopi semakin beken. Sejak awal tahun 2000, ada banyak pekerja kantoran muda yang singgah ke kedai kopi dan semakin booming sekitar pertengahan 2000-an.

Kalau saya sih sekali-kali saja ke kedai kopi atau jika ditraktir. Menurut saya cukup mahal hanya menyesap kopi secangkir dihargai Rp 35-45 ribu. Memang sepadan dengan tempat dan suasana yang didapat. Tetapi jika sering-sering ya boros juga, mending bikin sendiri di rumah hehehe.

Setelah produk kopi makin variatif dan adanya iklan kopi yang aman di lambung, tren kopi semakin melambung. Bukan hanya karyawan dan mahasiswa pria yang suka ngupi. Para wanita cantik juga mulai gemar ngupi atau yang sebutannya ngupi cantik. Pilihannya terutama yang creammy dan lembut.

Kopi kini seakan menjadi gaya hidup. Loe ga gaul jika tidak mampir ke kedai kopi untuk ngupi-ngupi cantik. Beli kopinya bisa secangkir saja, yang penting kita ketemuan dan ngobrol-ngobrol cantik. Hahaha kenapa ada kata-kata cantik melulu ya?!

Kalau saya? Wah saya cuma hobi minum kopi di rumah atau jika ditraktir. Jika ada rejeki sih saya tidak menolak diajak ngupi cantik. Biasanya saya membeli oleh-oleh kopi di setiap daerah atau negara. Jadinya saya sudah icip-icip berbagai kopi nusantara yang memiliki kualitas jempolan. Ada kopi Bali, kopi Lampung, kopi Aceh, kopi Brastagi, kopi Jambi, kopi Banaran, dan sebagainya. Dari luar negeri, saya baru mencicipi kopi Singapura, kopi India yang rata-rata dipadukan dengan susu kental manis, juga kopi Vietnam yang pahit dan kadang bikin deg-degan. Tapi tidak bohong, kopi Indonesia tetap yang terbaik.

Punya pengalaman akan kopi, baik dari segi rasa maupun kopi favorit? Yuk saling berkisah di sini. 

Komentar

Postingan Populer